Google Search

Saturday, April 28, 2007

Cerita Berangkat Kerja dari Cilebut ke Jakarta

Aku pengen ceritain udah 6 bulan ini aku sama keluarga aku pindah ke Cilebut. Awalnya sih emang berat banget pindah ke sana (ga tau ni papa ko bisa-bisanya nyari rumah di daerah terpencil), walaupun kita masih bisa ke Jakarta (coz masih ada nenek di Jakarta, my boyfriend, my job in STBA LIA, dad's job, juga kuliah adek aku kan di Jakarta). Tapi kalo di pikir2 cape bgt. Coz jarak dari rumah ke stasiun Cilebut lumayan jauh, walaupun ada dua alternatif dari rumah, jalan lewat rumah penduduk (jaraknya jadi deket) atau naik ojek lewat jalan biasa (jakarnya jadi jauh).

Emang sih biasanya kita naek motor papa (yang udah tua alias ga pernah di servis selama 10 tahun (bayangin deh!!!), walaupun masih awet tetep aja kalo jalannya tanjakan ga kuat). Trus papa kan udh berumur walaupun blm tua2 bgt, kalo diri di kereta ekonomi kasian.

Jadi sebagai anak yg menurut kata orang tua, kita naek pakuan. Walaupun rada mahal (Rp. 11.000) tapi ga papa, coz aku ga tega ngeliat papaku naek ekonomi desek2kan.

Bayangin, demi dapet kereta Pakuan yang ada jadwal berenti di stasiun Cilebut (Tanah Abang Ekspres) kita harus bangun jam 4 pagi, coz keretanya berangkat jam 5:57. Pasti kalian bingung aku kan kerja di STBA LIA Pangadegan n papaku krja di Duren Tiga Kalibata, tapi ko naek kereta jurusan Tanah Abang???
Soalnya yg berenti di Cilebut tiap hari senin-jumat ya kereta itu (yg ekspresnya kalo ekonominya sih setiap 15 menit juga ada, tapi penuhnya itu loooohhh YA AMPYUN...).

Tapi tenang ja, kita transit ko alias pindah kereta di stasiun Sudirman (sebelum Tanah Abang) balik lagi naek kereta ekonomi jurusan Bogor, trus turun di stasiun Cawang n papa di stasiun Kalibata. Ribet sih, tapi udah biasa ko.

Tapi kalo kita telat dapet kereta Tanah Abang or keretanya lagi rusak kita naek ekonomi Jakarta ke Bojong dulu. Trus kita naek Bojong Ekspres.

Pernah sih kita nyoba naek ekonomi, emang sih dari stasiun Cilebut masih kosong (walaupun udah ga ada tempat duduk/penuh) tapi waktus sampe stasiun Citayam (dua stasiun dari Cilebut), ya ampun masa/orangnya banyak bgt. Kita tuh sampe dijempet2 sama orang2. Udah panas, baunya aneh2, kadang2 ada aja orang iseng megang2 kita (yang cewek lo, coz mana mau mereka megangin yang cowok, ntar dia bilang "Emang eike banci?").

Ya udah deh tiap hari aja kita kayak gitu, tapi hari Jumat aku balik ke Jakarta. Selain ngunjungin bude aku yg ditinggal anaknya ke kerawang (udah nikah si, jadi dibawa suaminya deh, anak satu2nya gitcu loooch), aku juga sekalian bisa kangen2an sama Yayang aku (He..he..he kesempatan euy).

Segitu dulu ya, nanti aku ceritain lagi cerita ke duanya "Cerita Pulang Kerja dari Jakarta menuju Cilebut"

Wednesday, April 18, 2007

Me and My Sisters

Aku pengen nunjukkin Foto aku sama adek-adek aku (tapi cuma dua aja, soalnya adek aku yang dua lagi belum ada. Maybe nyusul nanti. Tunggu aja).

Oya, aku ambil foto ini waktu kita lagi liburan di puncak bareng my mom sama temen kantornya. Di sana dingin banget deh, kita nginep di vila deket Taman Safari.

Tapi fotonya cuma satu, soalnya baru kepikiran sekarang. Tapi besok-besok aku bakalan nampilin foto keluarga aku beserta foto aku sama cowok aku.



The person in the middle is The Narsis People (adek aku yang paling gila foto)

Tuesday, April 3, 2007

Parents Divorce

"Divorce is forbidden by faith, even though Allah SWT (Tuhan Yang Maha Esa) is really hating it".
These are the words mostly from mufti in Indonesia.

But why the excerpt not makes the parents mindful. “We’re divorce!” these are the words that always they say without think twice, how’s the consequence for them or their children. Maybe for them who don’t children, it is no problem; just they will get the widow or widower status without children. But how about if they have children, how are they fate?

The factor that always the children get after their parents divorced is Traumatic. In the future they will trauma to get their wedding. They are afraid to make a serious relationship. They just think that, “I don’t want to be like my parents who have been divorced in the past”, or another words that is meaningful as a rejection to make a serious relationship.

Another factor is they don’t trust their parents anymore. Many of them entrance to the wrong side, like drugs and free relationship or free sex. Many of them are trying drugs. They think, it is their dejection to their parents. They will be easy to try drugs with their pull a face or their parents. Also with free sex, they will be easy to try them.

Conflict is almost happen in the household. However the parents must be accomplish, don’t fast to get the decision to divorce. Every relationship must be always getting a problem, and the parents have to pass every problem in the household. They have to remember their children.

So, for you that wants to or will be marry, think twice until you ready to get marry. Marry is not just for passion, but marry is for build the family until you get children, raise them up, loving them and your mate, and loving each other until you die.